Laporan Putu Dea Agestya Putri/Mediaaku.com dari Bali
MEDIAAKU.COM – Pelaksanaan World Water Forum Ke-10 Membahas Isu-Isu Air Global di Bali, 18-25 Mei 2024, merupakan Kolaborasi dalam membangun ketahanan global yang berkelanjutan dalam menghadapi tantangan dan masalah air yang muncul dalam beberapa tahun terakhir.
“Oleh karena itu, diperlukan kerja sama kolaboratif dan kesepakatan konkret. Sebagai contoh, dalam mengelola sungai yang melintasi beberapa wilayah, seperti Sungai Rhein yang melintasi negara-negara Eropa dan Sungai Mekong yang melewati beberapa negara Asia,” ujar Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati saat dihubungi Sabtu (18/5/2024).
Resiliensi berkelanjutan diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan lingkungan yang tangguh dalam menghadapi bencana baik dari segi struktural maupun non-struktural.
Raditya juga menegaskan bahwa perubahan iklim merupakan salah satu pemicu utama dari berbagai masalah air global. Sebagai contoh, hujan yang berlebihan akibat perubahan iklim dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor di banyak negara. Demikian juga, kekeringan yang disebabkan oleh perubahan iklim dapat menyebabkan kebakaran hutan, gagal panen, kekurangan pangan, bahkan kemiskinan dan masalah ketahanan pangan.
“Ini merupakan tantangan dalam membangun ketahanan berkelanjutan. Ini mencakup semua aspek sistemik, termasuk penyebabnya, yaitu perubahan iklim, dan juga bagaimana mencapai pembangunan berkelanjutan,” kata Raditya.
Menurutnya, pembahasan untuk mengatasi tantangan perubahan iklim telah dilakukan secara global, mulai dari kesepakatan Paris (Paris Agreement 2015) hingga pembentukan tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Indonesia telah membuat regulasi untuk mengatasi tantangan bencana melalui Peraturan Presiden No.87 Tahun 2020 tentang Rencana Induk Penanggulangan Bencana (RIPB) Tahun 2020-2044.
“Ketika kita membicarakan bencana, berarti kita membicarakan dampaknya terhadap infrastruktur, atau terkait dengan masyarakat. Ini berkaitan dengan tata ruang, kerusakan lingkungan, atau bahkan pembangunan infrastruktur yang dapat menimbulkan risiko-risiko baru. Ini adalah contoh dari kolaborasi. Ini berarti semua sektor memiliki peranannya sendiri, karena setiap sektor ini mengembangkan perannya masing-masing untuk membangun ketahanan tersebut,” ungkap Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB.

