MEDIAAKU.COM – Reggae, dengan akarnya yang dalam pada Rastafarianisme, tetap menjadi medium kuat untuk menyampaikan pesan spiritual dan sosial di abad ke-21, melanjutkan warisan Bob Marley yang ikonik.
Lagu-lagu Marley seperti “Redemption Song” dan “One Love” menginspirasi generasi baru musisi seperti Chronixx dan Protoje, yang memadukan ritme reggae dengan isu kontemporer seperti ketidakadilan sosial dan pencarian kedamaian batin.
Di seluruh dunia, festival reggae seperti Reggae Sumfest di Jamaika dan Rototom Sunsplash di Spanyol menjadi ruang bagi komunitas global untuk merayakan nilai-nilai Rastafari, seperti cinta universal dan ketahanan spiritual.
Melansir dokumenter BBC (2024) “Rasta Road : Reggae’s Spiritual Legacy” menyoroti, “Reggae terus menjadi suara spiritual yang relevan, menghubungkan generasi melalui pesan-pesan harapan dan perlawanan terhadap penindasan”. Musik ini tidak hanya mempertahankan esensi spiritualnya, tetapi juga menyesuaikan diri dengan tantangan modern.
Di era digital, reggae memperluas jangkauannya melalui platform streaming dan media sosial, memungkinkan artis seperti Koffee dan Lila Iké menyampaikan pesan spiritual kepada audiens yang lebih luas. Lagu Koffee, “Toast”, misalnya, menggabungkan optimisme spiritual dengan ritme modern, menggema di kalangan anak muda yang mencari makna di tengah krisis global.
Di luar Jamaika, musisi seperti Aotearoa New Zealand’s Fat Freddy’s Drop menggunakan reggae untuk mengeksplorasi tema koneksi budaya dan penyembuhan, mencerminkan warisan Marley dalam konteks lokal.
Dengan kemampuan reggae untuk memadukan spiritualitas Rastafari dengan isu-isu sosial seperti perubahan iklim dan kesetaraan, genre ini terus menjadi kekuatan transformatif, menginspirasi generasi modern untuk mencari harmoni dan keadilan di dunia yang terus berubah.(*/terry)