MEDIAAKU.COM – Bambu Gila adalah salah satu tradisi budaya yang berasal dari Maluku, khususnya Pulau Seram dan sekitarnya.
Asal usulnya diperkirakan sudah ada sebelum masuknya agama Islam dan Kristen di Maluku, dan dipercaya berasal dari hutan bambu di kaki Gunung Gamalama, Ternate. Tradisi ini telah ada sejak ratusan tahun lalu dan hingga kini masih dilestarikan sebagai bagian dari identitas masyarakat Maluku.
Dalam buku “Tradisi Mistis Nusantara” karya Edi Sedyawati (2006), dijelaskan bahwa Bambu Gila pada awalnya bukanlah sekadar pertunjukan hiburan, melainkan sarat dengan nilai spiritual dan kepercayaan lokal.
Asal mula Bambu Gila berakar pada praktik kepercayaan masyarakat Maluku terhadap kekuatan gaib yang diyakini dapat merasuki benda-benda alam, termasuk bambu. Bambu yang digunakan dalam tradisi ini biasanya diberi doa dan mantra oleh seorang pawang atau dukun, sehingga bambu tersebut diyakini bisa bergerak di luar kendali manusia.
Saat dimainkan, bambu panjang dipegang oleh beberapa orang, dan setelah pawang membacakan mantra serta membakar kemenyan, bambu tersebut mulai bergerak liar seperti memiliki tenaga sendiri. Orang-orang yang memegang bambu seringkali kewalahan, bahkan terseret atau terjatuh akibat kekuatan tak terlihat itu.
Menurut catatan antropolog Koentjaraningrat dalam “Pengantar Ilmu Antropologi (1980)”, fenomena seperti Bambu Gila mencerminkan hubungan erat masyarakat tradisional dengan alam dan dunia gaib. Mereka tidak hanya memandang bambu sebagai benda mati, melainkan juga sebagai sarana komunikasi dengan roh leluhur atau kekuatan supranatural.
Di sisi lain, tradisi ini juga berfungsi sebagai hiburan rakyat serta sarana memperkuat kebersamaan masyarakat dalam upacara adat.Kini, Bambu Gila tidak lagi sepenuhnya dipandang sebagai praktik magis, melainkan juga menjadi atraksi budaya yang menarik wisatawan.
Pemerintah daerah Maluku sering menampilkan Bambu Gila dalam festival budaya untuk memperkenalkan kekayaan tradisi lokal. Meski fungsi spiritualnya semakin berkurang, nilai simbolisnya tetap kuat sebagai warisan leluhur yang patut dihormati.
Di balik kesan mistisnya, Bambu Gila mengajarkan kita tentang kebersamaan, penghormatan pada alam, serta nilai gotong royong. Tradisi ini juga mengingatkan bahwa kebudayaan lokal adalah identitas yang harus dijaga agar tidak hilang ditelan modernisasi.(*/janu)