Friday, September 5, 2025
HomeSejarah & BudayaSejarah Barong Landung: Simbol Pertemuan Dua Budaya yang Abadi

Sejarah Barong Landung: Simbol Pertemuan Dua Budaya yang Abadi

MEDIAAKU.COM – Barong Landung merupakan salah satu warisan budaya Bali yang masih hidup hingga kini. Bentuknya berbeda dengan Barong Ket yang lebih dikenal wisatawan, tampil sebagai pasangan boneka raksasa, terdiri dari sosok laki-laki berwajah hitam dan perempuan berwajah putih. Keduanya hadir dalam berbagai upacara keagamaan, terutama saat piodalan di pura. Asal-usul Barong Landung banyak dikaitkan dengan kisah Raja Jaya Pangus yang memerintah Bali sekitar abad ke-12.

Menurut Babad Bali, Jaya Pangus menikah dengan seorang putri dari Tiongkok bernama Kang Cing Wie. Pernikahan ini melambangkan pertemuan dua budaya besar, Bali dan Tiongkok. Namun, cerita rakyat juga mengisahkan bahwa pernikahan tersebut tidak sepenuhnya harmonis.

Setelah tak mendapatkan keturunan, Jaya Pangus melakukan tapa hingga bertemu dengan Dewi Danu, dewi penguasa Danau Batur. Dari pertemuan itu timbul konflik, yang akhirnya memunculkan legenda.Untuk mengenang kisah tersebut, masyarakat Bali kemudian menciptakan wujud simbolis berupa Barong Landung. Sosok raksasa laki-laki melambangkan Raja Jaya Pangus, sementara sosok perempuan yang lebih anggun melambangkan Kang Cing Wie.

Dalam catatan I Gusti Bagus Sugriwa dalam Sejarah Bali (1953), tradisi ini menjadi salah satu bukti adanya akulturasi budaya yang sudah berlangsung lama di Bali.Dalam praktik keagamaan, Barong Landung dipercaya memiliki kekuatan magis untuk menolak bala dan menjaga keseimbangan desa.

Saat diarak, masyarakat tidak hanya menyaksikan hiburan, tetapi juga merasakan kehadiran simbol leluhur yang melindungi mereka. Karena itu, keberadaan Barong Landung dianggap suci dan ditempatkan di pura sebagai pratima (simbol keagamaan).

Dengan melestarikan tradisi ini, masyarakat Bali sekaligus merawat nilai kebersamaan, keharmonisan, dan penghormatan pada sejarah.(*/janu)

RELATED ARTICLES

Terpopular