MEDIAAKU.COM – Kina dikenal sebagai salah satu tanaman obat paling berharga dalam sejarah manusia. Tanaman ini berasal dari pegunungan Andes di Amerika Selatan, khususnya wilayah Peru dan Bolivia.
Sejak lama,masyarakat asli Andes sudah memanfaatkan kulit batang kina untuk mengobati demam dan penyakit yang kini kita kenal sebagai malaria. Pengetahuan tradisional itu kemudian menyebar ke dunia Barat pada abad ke-17.
Pada masa itu, malaria adalah penyakit mematikan yang merenggut banyak nyawa, terutama di daerah tropis. Kehadiran kina menjadi penemuan yang sangat berharga karena mampu menurunkan demam tinggi dan menyelamatkan banyak orang.Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, para ilmuwan Eropa berusaha mengisolasi zat aktif dalam kulit batang kina.
Pada tahun 1820, dua ahli kimia asal Prancis, Pierre Joseph Pelletier dan Joseph Bienaimé Caventou, berhasil menemukan dan mengekstrak senyawa bernama kuinina (quinine).
Inilah awal mula lahirnya pil kina, obat modern yang lebih praktis dibandingkan ramuan kulit batang yang pahit. Penemuan ini tercatat dalam literatur farmasi klasik, misalnya ” A History of Medicine” karya Lois N. Magner.
Kehadiran pil kina mengubah cara dunia menghadapi malaria. Pada abad ke-19, ketika bangsa-bangsa Eropa melakukan ekspansi kolonial ke Asia dan Afrika, pil kina menjadi “senjata rahasia” untuk bertahan hidup di daerah beriklim tropis yang rawan malaria.
Dari sejarah penemuan pil kina kita dapat belajar bahwa ilmu pengetahuan lahir dari proses panjang, kerja sama lintas budaya, dan keberanian untuk mendengarkan pengalaman masyarakat sehingga penemuan tersebut membawa kebaikan bagi banyak orang.(*/janu)