MEDIAAKU. COM – Pecalang adalah petugas keamanan tradisional di Bali yang sangat dihormati oleh masyarakat. Keberadaan pecalang sudah ada sejak zaman kerajaan Bali, jauh sebelum polisi modern diperkenalkan.
Menurut buku “Bali: Sekala dan Niskala” karya Fred B. Eiseman Jr., pecalang merupakan bagian dari sistem adat yang mengatur kehidupan sosial masyarakat Bali.
Pada masa kerajaan, pecalang merupakan orang-orang pilihan yang dipercaya oleh raja atau pemimpin adat untuk mengawasi situasi desa. Mereka tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga berperan dalam menjalankan keputusan adat. Seiring waktu, peran pecalang tetap dipertahankan dalam struktur desa adat (desa pakraman), yang berbeda dengan pemerintahan formal.
Pecalang bekerja atas perintah bendesa adat, yaitu pemimpin desa adat. Mereka memakai pakaian khas: kamen hitam putih kotak-kotak (poleng) dan ikat kepala. Penampilan ini bukan hanya simbol, tetapi juga mencerminkan nilai kesucian dan keseimbangan hidup dalam ajaran Hindu Bali.
Saat upacara besar seperti Nyepi atau Galungan, pecalang mengatur lalu lintas, menenangkan warga, dan memastikan semua berjalan sesuai adat. Mereka juga sering bekerja sama dengan kepolisian, menunjukkan bahwa kearifan lokal bisa berjalan seiring dengan sistem modern.
Pecalang tidak digaji seperti aparat negara. Mereka bekerja secara sukarela demi kehormatan dan tanggung jawab terhadap desa dan budaya. Ini menunjukkan tingginya nilai gotong royong dan rasa tanggung jawab sosial dalam masyarakat Bali.
Keberadaannya mengajarkan kita untuk selalu menjaga warisan budaya dan hidup selaras dengan nilai-nilai masyarakat setempat.Keamanan dan kedamaian tidak selalu harus bergantung pada kekuatan formal, tetapi dapat juga berasal dari kebersamaan, kepercayaan, dan kearifan lokal.(*/janu)