MEDIAAKU.COM – Tatung adalah tradisi spiritual khas Kota Singkawang, Kalimantan Barat, yang menjadi bagian penting dari perayaan Cap Go Meh, yaitu hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek.
Dalam tradisi ini, individu yang disebut tatung dipercaya dirasuki oleh roh leluhur atau dewa, sehingga mampu melakukan atraksi luar biasa seperti menusuk tubuh dengan benda tajam tanpa terluka. Tradisi ini telah berlangsung sejak abad ke-18, dibawa oleh imigran Tionghoa dari Tiongkok selatan yang menetap di wilayah tersebut.
Menurut buku Aneka Budaya Tionghoa Kalimantan Barat karya FX Asali (2008), istilah “tatung” berasal dari dialek Hakka. “Ta” berarti tepuk atau pukul, dan “tung” berarti orang atau Thungkie, yang merujuk pada seseorang yang kerasukan dan menjadi media perantara antara dewa atau roh dengan manusia.
Keunikan tradisi tatung terletak pada akulturasi budaya Tionghoa dan Dayak.
Para tatung mengenakan kostum yang memadukan unsur Tionghoa dan Dayak, serta menggunakan atribut seperti mandau (senjata tradisional Dayak) dan simbol naga (dari budaya Tionghoa).
Ritual ini juga diiringi oleh musik tradisional yang menggabungkan instrumen dari kedua budaya.
Selama prosesi, tatung diarak keliling kota sambil melakukan atraksi ekstrem, seperti menusuk pipi dengan benda tajam dan atraksi lainnya. Meskipun terlihat berbahaya, para tatung tidak mengalami luka, karena mereka dipercaya berada dalam keadaan trans spiritual yang memberikan kekebalan tubuh dan pastinya tatung wajib mendapat izin dan surat dari pemerintah setempat setelah itu tatung baru boleh mendaftar pada sekretariat acara perayaan Cap Go Meh.
Tanpa adanya prosedur izin dan surat tersebut serta seleksi yang ketat dari secretariat perayaan Cap Go Meh dianggap tatung Ilegal. Dengan adanya prosedur dan seleksi tersebut atraksi tatung tersebut membuat bagian dari acara perayaan Cap Go Meh layak, meriah dan merupakan bagian dari akulturasi budaya yang pada intinya untuk menghibur wisatawan. (*/janu)