MEDIAAKU.COM – Setiap orang tua tentu pernah melihat anaknya berbicara sendiri, baik sambil bermain boneka, menyusun balok, atau bahkan ketika sedang duduk diam. Bagi sebagian orang tua, hal ini mungkin terlihat aneh atau menimbulkan rasa khawatir.
Berbicara sendiri atau egocentric speech merupakan bagian normal dari perkembangan bahasa dan kognisi anak. Anak sedang melatih kemampuan berpikir serta mengatur tindakannya melalui kata-kata yang diucapkan.
Vygotsky dalam “Thought and Language (1986)” juga menekankan bahwa berbicara sendiri, yang disebut private speech, berfungsi sebagai alat bagi anak untuk memecahkan masalah. Misalnya, saat anak mencoba menyusun puzzle, ia bisa berkata, “Ini di sini… yang itu di sana,” seolah memberi instruksi pada dirinya sendiri.
Proses ini membantu anak belajar mengorganisasi pikiran dan menemukan solusi. Dengan kata lain, berbicara sendiri bukan sekadar kebiasaan kosong, melainkan sarana penting untuk perkembangan mental.
Meski begitu, orang tua tetap perlu peka. Jika kebiasaan berbicara sendiri berlangsung sangat lama, disertai perilaku menarik diri, sulit berinteraksi, atau sering berhalusinasi, maka sebaiknya dilakukan konsultasi dengan tenaga profesional.
Namun dalam kebanyakan kasus, anak yang berbicara sendiri hanya sedang mengekspresikan imajinasi atau melatih kemampuan sosial. Hal ini bahkan bisa meningkatkan kreativitas karena anak belajar menciptakan alur cerita, peran, dan dialog.
Daripada melarang, orang tua dianjurkan untuk mendukung. Dengarkan dengan penuh perhatian, ikut terlibat dalam permainan peran, atau sekadar memberikan senyum saat anak asyik berbicara sendiri.
Berbicara sendiri adalah cara anak berlatih mengenali dunia, mengolah pikiran, dan mengekspresikan imajinasinya. Orang tua sebaiknya tidak buru-buru khawatir, melainkan memahami bahwa setiap anak memiliki cara unik untuk belajar.(*/janu)

