MEDIAAKU.COM – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menegaskan perlunya langkah serius untuk menghapus bias dan kesenjangan gender di dunia akademik maupun profesional, terutama dalam bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM). Pesan tersebut belum lama ini ia sampaikan dalam acara L’Oréal-UNESCO For Women in Science.
Melansir dari laman Kemdiktisaintek, Kamis (13/11/2025) Dalam pemaparannya, Stella mengungkapkan bahwa di Indonesia, perbandingan antara lulusan laki-laki dan perempuan di bidang STEM masih menunjukkan ketimpangan yang cukup besar, yakni sekitar 16,91%. Sebagai perbandingan, Uni Emirat Arab memiliki proporsi tertinggi dengan 32,14%, sedangkan Turki menjadi yang terendah dengan 0,95%.
Menurutnya, kesenjangan ini bukan disebabkan oleh kemampuan ilmiah perempuan yang lebih rendah, melainkan karena masih kuatnya stereotip dan bias gender di masyarakat.
Ia mencontohkan hasil riset yang memperlihatkan bagaimana Curriculum Vitae (CV) identik bisa dinilai berbeda hanya karena nama pemiliknya. CV dengan nama laki-laki sering kali dianggap lebih berpengalaman dan produktif dibandingkan dengan CV perempuan, meski isinya sama persis.
Oleh sebab itu, Stella mendorong agar dalam proses rekrutmen, foto sebaiknya tidak disertakan dalam CV agar penilaian lebih objektif dan fokus pada kompetensi.
Lebih jauh, Stella juga menyoroti berbagai bentuk bias lain yang masih terjadi, mulai dari sistem mentoring akademik hingga perbedaan gaji awal dan peluang karier bagi perempuan.
Bahkan dalam penggunaan kecerdasan buatan (AI), bias serupa masih bisa muncul karena algoritma dilatih menggunakan data yang mencerminkan ketidaksetaraan gender di masyarakat.
“AI bukanlah solusi otomatis untuk masalah bias gender. Jika data yang digunakan sudah bias, hasilnya justru akan memperkuat ketimpangan yang ada,” jelas Stella.
Sebagai langkah nyata, ia menekankan pentingnya peningkatan kesadaran terhadap stereotip gender, analisis berbasis data mengenai keterlibatan perempuan di STEM, serta penghapusan diskriminasi di dunia pendidikan dan kerja.
Menurutnya, upaya tersebut tidak hanya penting untuk menciptakan keadilan sosial, tetapi juga berpengaruh besar terhadap efisiensi ekonomi nasional.
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi pun berkomitmen untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender di sektor pendidikan, penelitian, dan pengembangan karier di bidang STEM, sekaligus memperkuat kolaborasi internasional demi menutup kesenjangan yang masih ada.(*/Stephany)

