MEDIAAKU.COM – Sektor pertanian Indonesia kini tengah bertransformasi menuju era modern, di mana teknologi, data, dan inovasi digital menjadi pilar utama dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Tidak lagi hanya bergantung pada tenaga kerja dan lahan, pertanian kini beradaptasi dengan perkembangan teknologi agar lebih efisien dan berkelanjutan.
Melansir dari laman Kemkomdigi, Sabtu (8/11/2025) Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) turut ambil peran melalui program Tani Digital, yang dirancang untuk mempercepat digitalisasi sektor pertanian. Program ini memungkinkan petani memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) agar hasil panen meningkat, biaya produksi menurun, dan kualitas hidup petani turut terangkat.
“Teknologi tidak boleh hanya menjadi konsep yang jauh dari masyarakat, tapi harus benar-benar memberikan dampak nyata. IoT dan kecerdasan buatan (AI) adalah inovasi yang bisa meningkatkan produktivitas rakyat,” ujar Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, saat menghadiri kegiatan Panen Tani Digital di Kabupaten Sragen.
Salah satu inovasi unggulan dalam program ini adalah IoT Smart Precision Agriculture System, teknologi buatan anak bangsa yang mampu membantu petani mengatur penggunaan pupuk, mengawasi kelembapan tanah, dan memantau kondisi lahan secara real time. Hasilnya, efisiensi pertanian meningkat signifikan.
“Produktivitas naik, sementara penggunaan pupuk bisa ditekan hingga 50 persen. Selain itu, dampak lingkungan seperti emisi karbon dan polusi air akibat penggunaan pupuk berlebih juga berkurang,” jelas Meutya.
Program Tani Digital merupakan hasil kolaborasi antara Kemkomdigi, Kementerian Pertanian, Pemerintah Kabupaten Sragen, serta berbagai startup lokal penyedia teknologi. Meutya menegaskan bahwa kedaulatan pangan juga harus didukung oleh kedaulatan teknologi dalam negeri.
“Startup-startup lokal ini membuktikan bahwa anak bangsa mampu menghadirkan solusi nyata bagi pertanian. Kalau kita ingin kedaulatan pangan, maka teknologinya juga harus dari bangsa sendiri,” tegasnya.
Program ini juga selaras dengan visi Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan pentingnya penerapan teknologi modern dalam pertanian, seperti IoT dan AI, untuk mencapai swasembada pangan, sebagaimana disampaikan dalam KTT APEC 2025 di Korea Selatan.
Salah satu petani asal Sragen, Tri Widodo, turut membagikan pengalamannya kepada Menkomdigi. Ia mengaku penggunaan alat digital Jinawi, berbasis IoT, membantu menekan biaya pupuk hingga 40 persen.
“Sebelum pakai alat digital, pupuk saya per hektar bisa sampai 1,05 ton. Setelah pakai alat ini, cukup 650 kilogram,” ujar Tri. Ia menambahkan, teknologi ini juga mempermudah pemantauan kondisi tanah secara akurat, termasuk kadar asam dan unsur hara.
Transformasi melalui Tani Digital menjadi bukti bahwa kemajuan teknologi tidak hanya untuk kota besar, tetapi juga membawa perubahan nyata bagi petani di desa. Kolaborasi antara pengetahuan tradisional dan inovasi digital kini membuka jalan bagi pertanian Indonesia yang lebih mandiri, efisien, dan berkelanjutan.(*/Stephany)

