MEDIAAKU.COM – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan rasa duka dan keprihatinan mendalam atas bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera dalam beberapa hari terakhir akibat cuaca ekstrem. Pemerintah menegaskan bahwa penanganan korban serta pemulihan kawasan terdampak menjadi fokus utama saat ini.
Melansir dari laman KemenESDM, Senin (1/12/2025) Plt. Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Lana Saria, dalam pernyataannya menjelaskan bahwa bencana yang terjadi di lima kabupaten : Humbang Hasudutan, Agam, Mandailing Natal, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara, disebabkan oleh kombinasi tiga faktor utama. Selain curah hujan sangat tinggi yang menjadi faktor dominan, kondisi geomorfologi perbukitan curam dan litologi tanah yang rapuh turut memperbesar risiko gerakan tanah dan banjir bandang.
Lana menekankan pentingnya penguatan mitigasi bencana di tingkat masyarakat. Upaya tersebut mencakup peningkatan pemahaman tanda-tanda awal longsor, penyediaan jalur evakuasi, dan penghijauan lereng. Ia juga menggarisbawahi bahwa pengendalian tata guna lahan, pembatasan pembukaan lahan baru, serta perbaikan sistem drainase merupakan langkah strategis untuk mengurangi risiko di kawasan permukiman.
Terkait kejadian longsor di Sumatera Utara, Lana menyebut bahwa titik bencana berada di area perbukitan curam yang mengelilingi Kota Sibolga, terutama di sisi timur-selatan. Berdasarkan peta kerentanan gerakan tanah, wilayah ini berada pada kategori menengah hingga tinggi sehingga rawan mengalami kejadian serupa secara berulang.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teuku Faisal Fathani, turut memberikan penjelasan mengenai faktor meteorologi yang memperburuk kondisi cuaca. BMKG mendeteksi perkembangan bibit siklon tropis 95B yang muncul sejak 21 November 2025 di perairan timur Aceh, Selat Malaka. Sistem ini meningkatkan potensi hujan ekstrem dan angin kencang di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau.
BMKG juga memperingatkan masyarakat mengenai keberadaan sistem badai besar Meso Siklon Konvektif Kompleks (MCC) di Samudra Hindia barat Sumatra yang dapat memicu bencana susulan, terutama di Mandailing Natal dan sebagian besar wilayah Sumatera Barat. MCC dikenal sebagai sistem badai terorganisir yang dapat menghasilkan hujan lebat berkepanjangan, angin kencang, bahkan hujan es.
Faisal mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan meminta seluruh pihak terkait memastikan langkah mitigasi yang efektif guna meminimalkan risiko dan korban.(*/Stephany)

