MEDIAAKU.COM – Generasi X (lahir sekitar 1965–1980) tumbuh dalam masa transisi,antara tradisi lama dan modernisasi.
Orang tua Gen X sering menerapkan pola asuh yang cenderung otoritatif dengan menekankan disiplin, tanggung jawab, dan kemandirian dan mereka dibesarkan dengan nilai-nilai seperti kerja keras, hormat pada otoritas, dan pentingnya menjaga nama baik keluarga.
Menurut pendapat Douglas Coupland, melalui bukunya “Generation X: Tales for an Accelerated Culture,”menggambarkan Gen X sebagai generasi yang mandiri, skeptis, dan individualis, yang tumbuh di tengah disrupsi teknologi dan globalisasi awal
Kebanyakan orang tua Gen X mempraktikkan pola asuh berdasarkan pengalaman pribadi dan budaya lokal yang kuat, tanpa banyak pengaruh dari teknologi atau media sosial.
Berbeda dengan itu, Gen Z (lahir sekitar 1997–2012) tumbuh di era digital. Pendidikan yang mereka terima sangat dipengaruhi oleh teknologi, informasi yang melimpah, serta kesadaran sosial yang tinggi.
Dalam buku “The iGen” karya Jean Twenge, dijelaskan bahwa Gen Z cenderung lebih terbuka terhadap isu kesehatan mental, keberagaman, dan inklusivitas, hasil dari didikan yang lebih fleksibel dan berbasis pemahaman emosional.
Salah satu perbedaan paling mencolok adalah cara keduanya memahami otoritas.
Gen X diajarkan untuk patuh tanpa banyak bertanya, sementara Gen Z dibiasakan untuk kritis dan mempertanyakan alasan di balik aturan.
Ini bukan berarti salah satu lebih baik dari yang lain, melainkan menunjukkan bahwa pola asuh selalu berkembang mengikuti konteks zaman. Namun, perbedaan ini bisa menimbulkan kesenjangan pemahaman antar generasi.
Orang tua Gen X mungkin merasa Gen Z terlalu bebas dan sensitif, sementara Gen Z bisa menganggap Gen X kaku dan kurang empatik. Oleh karena itu, penting untuk membangun jembatan komunikasi antar generasi, bukan saling menyalahkan.(*/Janu)