MEDIAAKU.COM – Origami, seni melipat kertas, berasal dari Jepang dan memiliki sejarah panjang. Kata “origami” sendiri berasal dari bahasa Jepang, yaitu “oru” yang berarti melipat dan “kami” yang berarti kertas.
Origami berkaitan erat dengan penemuan kertas di Tiongkok sekitar abad ke-1 atau ke-2 Masehi, Kertas itu kemudian dibawa ke Jepang oleh biksu Buddha pada abad ke-6, di mana seni melipat ini berkembang menjadi tradisi budaya.
Pada awalnya, origami bukan sekadar hiburan. Melipat kertas memiliki makna simbolis dan sakral, terutama dalam upacara keagamaan Shinto. Origami awal digunakan dalam ritual untuk melambangkan persembahan kepada para dewa.
Karena kertas dulunya merupakan barang mewah, origami hanya bisa dinikmati oleh kalangan bangsawan dan orang-orang kaya. Seiring dengan perkembangan produksi kertas yang lebih murah, origami menyebar ke seluruh lapisan masyarakat Jepang.
Buku pertama tentang origami, “Senbazuru Orikata” yang berarti “Bagaimana Melipat Seribu Burung Bangau”, diterbitkan pada tahun 1797. Buku ini menandai tonggak penting dalam sejarah origami, memperkenalkan berbagai teknik dan desain yang lebih kompleks. Burung bangau (tsuru) menjadi simbol perdamaian dan harapan, nilai yang terus dibawa dalam tradisi origami hingga saat ini.
Pada abad ke-20, origami modern mulai berkembang berkat tokoh seperti Rick Beech seorang seniman dan penulis turut mempopulerkan seni origami tersebut ke dalam sebuah buku yang berjudul “The origami Handbook”,
Dalam bukunya dia menerangkan bahwa origami bermanfaat untuk relaksasi dan terapi, origami dapat dipelajari oleh semua orang tanpa ketrrampilan khusus dan origami dapat menjadi alat edukasi seperti dalam bidang matematika, teknik, bahkan kedokteran.
Melalui sejarah origami, kita diajarkan nilai kesabaran, ketekunan, dan kreativitas. Sebuah kertas biasa bisa berubah menjadi karya seni yang indah berkat ketekunan tangan dan keuletan jiwa. (*/janu)
