MEDIAAKU.COM – Koordinator Wilayah Indonesian Marketing Association (IMA) Sulawesi Utara (Sulut) yang juga Direktur Operasional Manado Town Square (Mantos) Rudini Wijaya, menyatakan pengakuan Presiden Prabowo Subianto sebagai orang Minahasa merupakan peluang besar bagi Sulut.
“Selain itu, pengakuan Presiden Prabowo sebagai orang minahasa dianalogikan sebagai “Genk Sulut” untuk menjadi potensi baru dalam mendukung pemerintahan Prabowo,” kata Rudini Wijaya, saat menjadi Host Focus Group Discussion (FGD) di Ruang Serba Guna Mantos, Kamis 12 Desember 2024.
Rudini yang merupakan Putra Pengusaha sukses Hengky Wijaya ini, mengatakan ini adalah momentum penting terkait pengakuan Presiden sebagai “orang Minahasa” yang dapat menjadi peluang besar bagi Sulut.
“Saya analogikan “Genk Sulut” sebagai potensi baru untuk mendukung pemerintahan Prabowo ke depan,” tambah calon walikota Manado 2029, yang sukses mengelola Mantos 1, Mantos 2, dan Mantos 3 ini.
Karena itu FGD yang mengambil tema: “Economic Outlook and Marketing Sulawesi Utara,” dengan topik “Prabowonomics Effect for North Sulawesi dan Isu-Isu Strategis dan Rekomendasi Menuju Indonesia Emas” yang digelar WAG Justice Society, IMA, dan WAG SulutGo Makin Kuat, disambut baik oleh Rudi panggilan akrab Rudini Wijaya.
Sementara, Mantan Presiden IMA Manado, Ivan Matu, yang hadir dalam diskusi lebih menekankan pentingnya menyelaraskan Prabowonomics dengan visi-misi pemerintah daerah dibawah kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut Terpilih Yulius Selvanus Komaling dan Victor Mailangkay, saat dilantik nanti. Selain itu agar strategi pembangunan ekonomi daerah Sulut harus mendukung visi Presiden Prabowo, dengan berpedoman pada Asta Cita dan Prabowonomics.
Peserta FGD lain yakni Ketua ISEI Manado, Doktor Joy Tulung, menyinggung pentingnya strategi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%, serta dukungan terhadap langkah Prabowo dalam memberantas korupsi demi mencapai target tersebut.
Fiksiwan Reiner Ointoe, yang turut hadir dalam FGD, mengkritisi periode kepemimpinan ODSK yang dinilai tidak sesuai dengan ekspektasi awal.
Faktor penyebab menurut Reiner lebih banyak diakibatkan gangguan dari lingkaran terdekat ODSK yang dinilai menghambat eksekusi program secara maksimal.
Beberapa peserta FGD seperti Vivi George yang mewakili Womanomics, menekankan pada kesetaraan gender dengan memberikan peluang bagi wanita, khususnya dalam sektor UMKM. Selain itu peran wanita dalam ekonomi lokal perlu diperkuat.
Salah satu Pengamat Pariwisata Sulut, Alexander July Chang, pada diskusi menyoroti sektor pariwisata di Sulut yang dinilai belum dikelola secara serius. “Padahal potensi alam Sulut melimpah dan perlu dioptimalkan untuk mendukung ekonomi pariwisata,” tambah Chang.
Pada kesempatan itu, Ferry Rende mewakili Admin WAG SulutGo Makin Kuat, menyatakan, permasalahan ekonomi lokal perlu mendapatkan jawaban konkrit dari para pakar dan akademisi melalui FGD ini.
Ferry Rende menyoroti beberapa hal krusial: Pertama, International Hub Port (IHP) Bitung yg telah ada kajian dari Korea ternyata lokasi tersebut tidak layak sebagai IHP jika mother vessel masuk. kapal bertonase besar teramat sulit melakukan manuver. Karena itu lupakan saja IHP Bitung. Dan sebaiknya wujudkan saja Program Kereta Api Sulawesi dari Bitung ke Makassar atau sebaliknya. Tinggal melanjutkan yang sudah ada di Pare-Pare.
Kedua, masyarakat pesisir pantai merupakan warga miskin yang perlu diberdayakan dengan cara bentuk kelompok nelayan, kemudian pemerintah memberdayakan mereka dengan cara memberikan perahu dan alat tangkap.
Ketiga, Sulawesi Utara hendaknya menjalin kerja sama pembangunan dengan provinsi Gorontalo dan Maluku Utara, sebagai Segitiga Go-SUMU.Â
Keempat, kebetulan lagi tren yaitu black out PLN jaringan Suluttenggo. Bagaimana mungkin Sulawesi Utara mau bangun industri besar-besaran jika power plan masih relatif terbatas dan sering bermasalah. Apakah mungkin PLN menyambungkan koneksi listrik se Sulawesi?
Sementara, Pengamat Ekonomi Gerdy Worang, lebih menyorot pentingnya mempertimbangkan dampak ekonomi global, seperti inflasi di Amerika Serikat (AS), dalam menyusun program ekonomi lokal.
Ekonom dan Budayawan Veldy Umbas, saat itu lebih menekankan perlunya fokus dan komitmen pemimpin dalam mengeksekusi program pembangunan agar tidak terbengkalai.
Ketua Dewan Pengupahan Sulut Prof Ronny Maramis pada diskusi mengidentifikasi potensi daerah untuk pembangunan ekonomi yang tepat sasaran. Maramis menyoroti pragmatisme ketenagakerjaan dan kasus TPPO yang menjerat generasi muda.
Pelaksana Tugas Kaban Kesbangpol Sulut Johny Suak, menggarisbawahi pentingnya aspek keamanan dalam pembangunan ekonomi. Masalah infrastruktur seperti jalan dan energi masih menjadi tantangan yang harus diatasi.
Presiden IMA Manado yang juga Pemimpin Redaksi Manado Post Tommy Waworundeng, menekankan perlunya peningkatan PDRB berbasis potensi lokal untuk mendukung pertumbuhan usaha lokal.
Pada kesimpulan FGD. Pertama, pemerintah Sulawesi Utara perlu menyelaraskan Asta Cita-Prabowonomics dengan program ekonomi berbasis visi-misi yang berfokus pada potensi ekonomi lokal.
Kedua, dibutuhkan strategi pembangunan yang efektif, didukung oleh penempatan sumber daya manusia yang tepat untuk memastikan program-program ekonomi dapat dieksekusi dengan baik.
Ketiga, sektor-sektor strategis seperti pariwisata, UMKM, dan ketenagakerjaan perlu mendapatkan perhatian khusus untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Diskusi ini mendapat dukungan dan disponsori Pimpinan WAG SulutGo Makin Kuat Philip Pantouw, Manajemen Mantos Rudini Wijaya, WAG Justice Society, dan IMA. Diskusi ini dipandu Pimpinan WAG Justice Society Steven Voges. (*/hvs)