MEDIAAKU.COM – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan kondisi keuangan negara hingga 31 Desember 2024 dalam Rapat Paripurna DPR RI, belum lama ini. Ia menyampaikan bahwa total kewajiban pemerintah tercatat sebesar Rp10.269 triliun, sementara total aset mencapai Rp13.692,4 triliun dan ekuitas berada di angka Rp3.424,4 triliun.
“Posisi ini menggambarkan kekuatan fiskal negara dan kapasitas keuangan yang masih andal untuk mendukung pembangunan,” ujar Sri Mulyani dikutip dari CNN, Jumat (4/7/2025)
Ia menambahkan, realisasi belanja negara sepanjang tahun 2024 mencapai Rp3.359,8 triliun atau meningkat 7,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Belanja difokuskan pada perlindungan sosial, menjaga stabilitas ekonomi, dan mendukung berbagai agenda nasional termasuk pemilu. Sementara itu, pendapatan negara tercatat Rp2.850,6 triliun, tumbuh 2,4 persen dari 2023.
Dengan selisih belanja dan pendapatan tersebut, defisit APBN tercatat sebesar 2,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih rendah dari proyeksi awal sebesar 2,7 persen.
“Ini mencerminkan pengelolaan fiskal yang berhati-hati dan berkelanjutan,” jelasnya.
Sri Mulyani juga menjelaskan bahwa pembiayaan defisit dilakukan melalui kombinasi utang dan sumber non-utang, dengan realisasi utang yang lebih rendah dari target berkat strategi pembiayaan yang efisien.
Di sisi lain, pemerintah mencatat defisit operasional sebesar Rp238,3 triliun. Namun, dengan adanya surplus dari aktivitas non-operasional sebesar Rp22,7 triliun, total defisit menjadi Rp215,7 triliun.
Adapun Saldo Anggaran Lebih (SAL) pada 2024 tercatat sebesar Rp459,5 triliun, dengan posisi kas negara di akhir tahun mencapai Rp457,5 triliun. Saldo ini dinilai cukup untuk menopang kebutuhan fiskal, terutama dalam masa transisi pemerintahan dan ketidakpastian global. (*/Stephany)
