MEDIAAKU.COM – Remaja sering menghadapi berbagai tantangan, mulai dari tekanan sekolah, pergaulan, hingga perubahan diri. Dua kondisi yang sering muncul akibat tekanan ini adalah stres dan depresi. Meski sering dianggap sama, keduanya sebenarnya berbeda. Memahami perbedaannya sangat penting agar penanganannya tepat dan remaja bisa mendapatkan bantuan yang sesuai.
Stres adalah reaksi tubuh dan pikiran terhadap tekanan atau tuntutan dari lingkungan.
Dalam buku “8 keys to stress management” karya Elizabeth Scott, dijelaskan bahwa stres bisa muncul saat seseorang merasa tidak siap menghadapi tugas atau situasi tertentu. Pada remaja, stres bisa timbul karena ujian, konflik dengan teman, atau harapan orang tua.
Gejala stres meliputi gelisah, sulit tidur, jantung berdebar, dan mudah marah. Namun, stres bersifat sementara dan biasanya akan hilang ketika penyebabnya teratasi.
Sementara itu, depresi adalah gangguan suasana hati yang lebih serius.
Dalam buku “Psikologi Abnormal” oleh David H. Barlow dan V. Mark Durand, depresi digambarkan sebagai kondisi yang menyebabkan seseorang merasa sangat sedih, putus asa, kehilangan minat pada hal-hal yang sebelumnya disukai, dan berlangsung selama lebih dari dua minggu.
Pada remaja, depresi juga bisa terlihat dalam perubahan perilaku seperti menarik diri dari teman, prestasi sekolah menurun, bahkan muncul pikiran untuk menyakiti diri.
Perbedaan utama antara stres dan depresi terletak pada durasi dan dampaknya. Stres bisa menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan kadang justru memotivasi, sedangkan depresi adalah kondisi medis yang mengganggu fungsi kehidupan seseorang secara menyeluruh.
Jika stres tidak dikelola dengan baik, bisa berkembang menjadi depresi. Penting bagi orang tua untuk mengenali dan memahami kondisi emosional remaja. Jangan meremehkan keluhan mereka sebagai hal sepele. Terkadang mereka hanya butuh seseorang untuk mendengar dan memahami tanpa menghakimi. (*/janu)
