MEDIAAKU. COM – Masa remaja adalah fase yang penuh perubahan, di mana perasaan dan emosi berkembang dengan intens. Salah satu pengalaman yang sering dialami remaja adalah patah hati.
Menurut Santrock dalam “Adolescence (2016)” , masa remaja ditandai dengan pencarian identitas diri, termasuk dalam hubungan emosional.
Saat hubungan cinta pertama berakhir, rasa kehilangan bisa terasa sangat berat bagi mereka. Dalam situasi ini, kehadiran orang tua menjadi faktor penting untuk membantu anak melewati masa sulit dengan lebih sehat.
Orang tua sebaiknya tidak meremehkan perasaan anak. Bagi remaja, cinta pertama meski tampak sederhana, memiliki arti mendalam. Alih-alih mengatakan “itu hal biasa,” lebih baik orang tua mendengarkan keluhan anak dengan sabar. Selain menjadi pendengar, orang tua juga berperan sebagai penuntun.
Anak perlu diarahkan untuk melihat pengalaman patah hati sebagai bagian dari proses pendewasaan, bukan akhir dari segalanya. Melalui obrolan hangat, orang tua bisa menanamkan nilai bahwa rasa sakit akan mereda seiring waktu, dan setiap pengalaman adalah pelajaran berharga.
Di sinilah remaja belajar mengenal diri sendiri, memahami perasaan, serta membangun ketahanan emosi.Penting juga bagi orang tua untuk memberikan ruang. Remaja membutuhkan waktu untuk memproses perasaan.
Dengan tetap hadir, namun tidak mengekang, orang tua menunjukkan bahwa mereka bisa dipercaya sekaligus memberi kesempatan anak untuk bangkit dengan cara mereka sendiri. Dukungan ini akan menumbuhkan rasa aman dan memperkuat hubungan orang tua–anak.
Peran orang tua bukanlah menghapus rasa sakit anak, melainkan berjalan bersama mereka melewati badai itu. Dengan cinta dan bimbingan, remaja akan lebih siap menghadapi tantangan emosi di masa depan, sehingga tumbuh menjadi pribadi yang lebih matang dan bijaksana.(*/janu)
